Rumah Mentari Hati

Masjid DT jakarta

Pada suatu malam di bawah teduhnya langit yang enggan menampakan pesona malamnya.

“Pak e, biasa mie goreng 1 ya.. dibungku.”

Sambil menunggu pesanan aku duduk dibangku samping gerobak penjual nasi goreng yang biasa mangkal di depan masjid . Sungguh menakjubkan pemandangan dihadapanku, masjid dengan ornamen yang menurutku indah sekali, ditambah hiasan cahaya lampu yang semakin membuat elok tampilannya. Semakin kupandang semakin melayang pikiranku pada hari itu, hari dimana pertama kali aku menginjakkan kaki di masjid ini. Hari dimana menjadi awal perubahan bagi diriku. Tempat dimana aku menemukan jawaban dari doa-doa. Itulah hari dimana aku mengikuti pretest program pendidikan karakter.

Masjid inilah yang dipilihkan Allah menjadi takdir hidupku, bukan di tempat lain, bukan di tempat yang kukenal, bukan pula di tempat usulan orang tuaku. Bukan didekat tempat tinggalku, tak juga di tempat orang-orang terdekatku. Tapi Allah melangkahkan kaki ini ke sini, ke masjid ini, ke lingkungan yang sungguh masih sangat asing bagiku.

 

Dengan siapa aku kesana? teman? tidak, saat itu aku sendirian. Sendiri melangkah dengan tekad, aku ingin mengenal Tuhan dan Rasulku. Sungguh Allah maha baik, tak ada yang tak mungkin bagiNya saat kita bersungguh-sungguh.

Skenario Allah yang begitu indah dituliskan dalam garis kehidupanku. Disinilah Aku menemukan cahaya, ketenangan, kekuatan dan cinta. Guru yang senantiasa memberikan ilmu dan nasihat, sahabat yang senantiasa mengingatkan dalam kebaikan. Ah.. bukankah ini adalah anugerah yang sangat indah.

Tidak ada setiap sudut di tempat ini yang tidak memberikan kesan. Tempat ini sudah seperti Rumah bagiku, jika bagi salah satu sahabat masjid ini adalah rumah ketiga, bagiku ini adalah rumah kedua,”Rumah Mentari Hati”. Tempat menghabiskan akhir pekan dan tempat dimana aku menemukan mentari yang selama ini redup. Banyak kenangan disini, tangis, canda, tawa, mumet, ribet, lelah, termasuk pertentangan, namun semua itu terbalut dalam ikatan ukhuwah.

Sempat terbesit dalam kekhawatiranku, bagaimana jika suatu hari, Allah memilihkan takdir lain untukku yang mengharuskan meninggalkan tempat ini, Sahabat, dan seluruh cinta yang ada didalamnya.

Tak terasa air mata ini menetes. Ah.. apa yang kupikirkan.

***

“Neng.. nih mie gorengnya “(si abang nasi goreng membuyarkan lamunanku)

bergumam dalam hati, ah si abang, ngerusak moment ajh, lagi melow2 gini dikagetin, gagal melow deh  heee…

#latepos
20 Februari 2016

@pipitwiguna

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *