Aku Tak Mau Sendiri

Akademi Hijrah Mentari Hati

fb_img_1474981885089“Teteh…. itu tasnya kebuka”

Aku menoleh, ketika itu juga sosok muslimah menghampiriku. “Sini, biar aku ajh yang tutup.”
(Seraya menutup resleting tas ranselku dari belakang)

“Makasih teh…” ucapku lalu tersenyum, kemudian pergi meninggalkan masjid itu

Peristiwa singkat, tapi sangat membekas. Orang pertama yang membuat kebimbanganku musnah. Orang pertama yang membuatku merasa tidak sendirian.

Ya… dia adalah salah satu panitia Androhid 361.

Sejak daftar program ini, aku sendiri. Saat pretest tak ada wajah yg ku kenal, sama sekali asing. Tapi tekad kuat In Syaa Allah selalu dimudahkan. Hampir aku tak melangkah menuju pintu yg selama ini kucari. Dialah pintu hidayah.

 

Hingga pada akhirnya hidayah itu membawa perubahan. Perubahan tidak hanya dri sisi keimanan, tapi juga karakter diri. Syukurku telah dianugrahkan indahnya jiwa yang tenang, nikmatnya iman, dan damainya memiliki sahabat fisabilillah…

Lantas.. berhentikah aku disini?
Tidak, aku tak mau menikmati ini semua sendiri. Jiwa ini terpanggil untuk mengajak saudara-saudaraku diluar sana yang mungkin sama denganku yang dulu. Aku terpanggil untuk menjadi ‘dia’ diantara mereka yang membuang keraguanku diawal.

Setelah hampir 2 tahun, Senang, sedih, lelah, bahagia, ‘jatuh’, bahkan sampai bangkit kembali berhasil membunuh waktu dengan penuh kenangan.

Setiap perjuangan butuh pengorbanan, butuh kesabaran, itu semua merupakan tempaan untuk menjadikan diri semakin tangguh.

Aku pernah merasa sangat down. Benar-benar tidak tau apa yang harus dilakukan. Bisa dibilang aku tidak punya pengalaman dalam tugas yang diamanahkan. Sering merasa diri ini tidak sanggup, sering diri ini merasa tidak mampu, merasa diri ini kerdil tidak bisa melakukan apa-apa.

Beberapa bulan yang lalu adalah puncak dari kegalauan, bahkan makhluk yg bernama menyerah sudah menari-nari di depan mata. Namun Allah maha pengasih lagi maha penyayang, Dia menganugerahkan sahabat-sahabat luar biasa, selalu mengingatkan kebaikan, memberi suntikan semangat. Mungkin karena saya ekstrovert jadi sedikit banyak terpengaruh. Tapi tidak bisa dipungkiri dorongan dari diri sendiri merupakan faktur signifikan yang mampu membuatku bertahan sampai detik ini yaitu kekuatan yang berasal dari sang khaliq.

 

Ustadz pernah menyampaikan, aku tidak ingat kata-kata tepatnya. Intinya, dalam dakwah harus terbiasa jika ditinggalkan sahabat seperjuangan, memang berat, tapi begitulah, sudah sunnatullah. Percaya Allah akan memberikan pengganti dari yang pergi. Percaya Allah akan menolong orang-orang yang berusaha menolong agama Allah.

“…. Sesungguhnya pertolongan Allah itu Dekat”

Walaupun harus berulang lagi masa-masa berat itu, namun berharap Allah masih menetapkan hati ini untuk tetap kuat.

Semoga…

Karena ketika engkau menolong seseorang sesungguhnya engkau sedang menolong dirimu sendiri.

 

PW

08 Muharram 1438H